klik download untuk menyimpan file cara pembuatan nya
Membangun
Digital Elevation Model Dengan Memanfaatkan Penginderaan
(Studi
Kasus : Delta Pulau Petak Kepulauan Kalimantan)
Oleh : Azhar
Anugrah Wijaya
Pembimbing : Ferry Sobatnu ST.
Salah satu
perkembangan pemetaan secara digital adalah pemodelan peta dalam bentuk tiga
dimensi secara visual. Dengan menampilkan peta secara tiga dimensi, dapat
dengan mudah mengidentifikasi perbedaan ketinggian suatu lokasi. Digital Elevation Model (DEM) merupakan salah satu model untuk menggambarkan bentuk topografi
permukaan
bumi sehingga dapat
divisualisasikan kedalam tampilan 3D (tiga dimensi). Salah satu cara untuk memperoleh data DEM
saat ini adalah dengan pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Metode DEM ini dapat dipakai sebagai model, analisa, representasi fenomena yang berhubungan dengan topografi atau permukaan lain. Penggunaan DEM dalam proses analisis limpasan permukaan akan membantu ketelitian dalam mengidentifikasikan kemiringan lahan, arah aliran, akumulasi aliran, panjang lintasan aliran dan penentuan daerah pengaliran.
saat ini adalah dengan pemanfaatan teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Metode DEM ini dapat dipakai sebagai model, analisa, representasi fenomena yang berhubungan dengan topografi atau permukaan lain. Penggunaan DEM dalam proses analisis limpasan permukaan akan membantu ketelitian dalam mengidentifikasikan kemiringan lahan, arah aliran, akumulasi aliran, panjang lintasan aliran dan penentuan daerah pengaliran.
Metode penelitian
yang diterapkan untuk menggambarkan DEM, yaitu menerapkan struktur dalam bentuk
Raster-Grids yang sering pula digunakan terminologi lattice untuk merujuknya; yaitu
interpretasi permukaan grids yang disajikan oleh sejumlah titik sample yang
berukuran sama (equally Spaced) yang direferensikan terhadap titik awal yang
sama (origin) dan jarak sampling konstan yang sama pula dalam arah absis (x)
dan ordinat (y). Setiap mesh point (grid atau piksel) ini berisi nilai
ketinggian (z) untuk lokasi yang bersangkutan yang merujuk pada nilai dasarnya.
Sementara itu, nilai-nilai ketinggian permukaan untuk lokasi-lokasi yang
terletak di antara mesh point (milik lattice yang bersangkutan) dapat
ditaksirkan dengan menginterpolasikan berupa nilai ketinggian milik mesh point
yang bersebelahan.
Hasil
penelitian ini menunjukan keberhasilan dalam membangun proses penyiapan/pengadaan,
updating data untuk pembuatan DEM dengan
melakukan interpretasi citra satelit LandSAT-7 dan melakukan interpolasi nilai
elevasi berdasrakan tingkat warna pada fixsel citra dengan mengacu pada sempel
topografi lapangan.
Kata Kunci :
DEM, Interpretasi, Interpolasi, Citra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar